Pages

Tuesday, September 22, 2009

Air dan Konsistensi

~~~~~
Dari dalam pipa, dia meluncur keluar, sesaat setelah keran dibuka.
Berpindah ke dalam ketel.
Namun tetap disebut sebagai air.

Dari dalam ketel, dia dijerang diatas kompor.
Menghangat, beberapa saat kemudian bergejolak, mendidih.
Ada sebagian dirinya yang berubah menjadi uap.
Namun tetap disebut sebagai air, meskipun kini ada embel-embel uap air.
Sisa air yang tertinggal dalam ketelpun tetap disebut sebagai air,
meskipun kini telah bergelar air panas.

Dari dalam ketel...,
Ada yang berpindah ke dalam botol-botol termos, untuk menjadikannya tetap panas.
Ada yang berpindah ke dalam botol-botol beling bekas sirup, untuk kemudian dipindahkan ke dalam kulkas.
Ada pula yang berpindah ke dalam kotak-kotak kecil, terbuat dari plastik, untuk kemudian dimasukkan ke dalam freezer.
Namun semuanya tetap disebut sebagai air.

Dari termos, dia beindah ke dalam gelas, bercampur dengan gula dan kopi.
Dia bertransformasi menjadi kopi seduh.
Tetap saja dianggap sebagai air.

Dari kopi seduh dalam gelas,
dia berpindah lagi ke dalam mulut orang, terus menuju lambung.
Masih tetap disebut sebagai air.

Dari dalam tubuh,
dia berpindah ke dalam toilet untuk dikeluarkan sebagai air seni.
Dan lagi-lagi masih disebut sebagai air, meskipun kini telah dianggap sebagai sesuatu yang kotor.

Dari dalam toilet,
dia bercampur dengan limbah cair lainnya, terserap bumi.
Dan tetap disebut sebagai air.

~~~~~

Air...,
Ah..., kekonsistensianmu menggugahku.
Apapun wujud, tempat, sebutan, serta derajatmu tak lekang mengubahmu inti sejati dirimu untuk menjadi tetap menjadi air.
Yang selalu mengabdikan diri tanpa pamrih dan tak pernah sekalipun mengeluh.



Semarang, 23 September 2009
Dini hari

No comments: