Pages

Wednesday, February 11, 2009

Sang Waktu

~~~~~
Waktu...,
Begitu cepat kau berlari,
hingga tak terasa tahun demi tahun telah berlalu.

Waktu...,
Entah berapa banyak yang telah kuhabiskan dengan sia-sia.


Waktu...,
Kini berbagai pertanyaan berkecamuk dalam kepala ini.

Apa yang telah kulakukan selama ini?
Impian apa yang tlah behasil kuwujudkan?
Prestasi apa telah kuukir?
Inovasi seperti apa yang telah berhasil kuciptakan?
Dan...
Ibadah macam apa yang telah kujalani?
Sempurnakah itu?
Ataukah hanya sekedar menjalankan formalitas rutin saja?

Duhai ALLOH, yang maha segalanya,
Bimbinglah hamba-Mu ini,
agar dapat menghabiskan sisa nafas ini tuk menuju jalan-Mu

Wahai ALLOH,
berilah kekuatan pada hamba-Mu yang serba lemah ini,
agar dapat mengisi sisa umur dengan hal yang bermanfaat
hanya dan hanya tuk meraih ridho-Mu.

~~~~~

18 tahun lebih?
Gila, selama itukah waktu yang telah kuhabiskan?

Hari ini saya sempat terteegun tuk sejenak, saat berbicara via telefon mengenai lama waktu yang telah dijalani salam saya tinggal di Kalilangse (tempat sebelum saya pindah sekarang).

Masya ALLOH, begitu lama waktu yang ada namun dijalani tanpa terasa.

~~~~~

Malam ini, sambil berbaring di kos, menunggu kantuk datang menyapa, kata itu kuulangi lagi.

18 tahun lebih...!!!

Sungguh luar biasa.
Kilatan-kilatan memori menyeruak dalam benak.

Teringat saat saya masih di bangku SD, dalam seragam putih-merah. Bagaimana rasa bangga membuncah dalam dada saat dinyatakan lulus dengan jumlah nilai yang tergolong baik dan dapat diterima di SMP negeri.
-----
Ingatan itu kemudian melompat saat saya di SMA, masa-masa remaja di depan mata. Saat-saat pencrian jati diripun dimulai.
Teringat bagaimana setiap pulang sekolah selalu kumpul dengan teman-teman di sanggar Korps Soeringgit 149. Bercanda, tertawa, menghabiskan waktu dengan berbincang tentang teman, sekolah dan kepramukaan. Kadang kala diselingi dengan acara melihat teman main sepak bola atau basket di halaman depan sekolah.

Saat lulusan tiba, kali ini prestasi tak dapat kuraih. Ujian masuk perguruan tinggi-pun gagal kuraih. Saat itu sedih, malu dan merasa tidak berharga, karena telah mengecewakan orang tua.
Ingat saat itu, seharian hanya diisi dengan tidur di kamar.

Hari-hari selanjutnya hanya diisi dengan kekosongan demi kekosongan. Tiga tahun lamanya diri ini terombang ambing dalam kekosongan, hingga akhirnya masuk ke Politeknik.

Masa-masa belajar tuk menjadi seorang yang dewasa dimulai. Saat kuliah (saya lebih senang menyebutnya dengan sekolah), tak jauh beda dengan masa di SMA dulu. Hampir setiap pulang sekolah, diisempatkan untuk berkumpul di posko PCC. Sampai terkadang hari Sabtu dan Minggu un dihabiskan menginap di posko.

Teringat saat-saat ada pemberlakuan jam malam, dimana semua civitas akademik, apapun kegiatannya dibatasi sampai jam 21.00. Rasa nekat mengalahkan rasa takut dimaki-maki plus diusir saptam Politek. Pemadaman listrikpun sempat diakali.

Masa-masa sekolah di Politek, mungkin merupakan masa yang paling bekesan bagi saya, karena di saat itulah saya mulai mengenal rasa tertarik dengan seorang gadis. Namun juga masa-masa resah bagi diri ini, karena semakin mendekati waktu kelulusan, semakin cepat pula diri ini diharuskan menghadapi hidup yang sebenarnya. Hidup sebagai seorang ppria dewasa yang mempunyai beban dan tanggung jawab, baik terhadap diri sendiri, terhadap keluarga dan terhadap Sang Maha Pencipta, ALLOH.
-----
Ingatan itu kembali berlompatan.
Teringat saat-saat pembuatan tugas akhir. Begitu tak terlupakan, bagaimana pagi sampai siang harus tetap aktif sekolah dengan berbagai tugas yang menumpuk dan malam harinya giliran tugas akhir yang menunggu.

Huh..., akhirnya masa kelulusan pun tiba. Alhamdulillah, rasa ketakutan akan setelah lulus telah terhapuskan, dengan pekerjaan yang telah menunggu di depan mata.
-----
Kini tiga setengah tahun sudah saya bekerja di Jakarta. Dengan ritme kehidupan yang berbeda dan lebih berwarna. Masa di mana saya belajar sekaligus dihadapkan dan dipaksa untuk mengerti tentang hidup yang sebenarnya.

~~~~~

Kini, saya tengah berbaring di kos, menunggu kantuk yang entah kemana. Mengenang itu semua sebagai guratan-guratan dalam kanvas kehidupan saya.

Namun, saat mengenang itu semua, rasa gundah menyergap. Begitu banyak waktu yang telah dijalani, begitu lama namun tetap tanpa terasa. Seakan-akan itu semua berlangsung tak lebih dai bulan kemarin.

Rasa gundah itu semakin menjadi-jadi saat mengingat hal apa saja yang telah dilakukan. Berapa banyak waktu sia-sia yang telah dihabiskan, berapa banyak hal yang dapat diraih bila waktu-waktu tadi digunakan untuk sesuatu yang lebih bermanfaat.

Ya.. ALLOH, mengapa waktu begitu cepat berlalu, meninggalkan masa lalu dengan kecepatan luar biasa dengan tanpa kesempatan untuk melakukan koreksi ulang akan apa-apa yang telah dilakukan.

Ya.. ALLOH, bimbinglah hamba-Mu ini, agar tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang merugi.

~~~~~

Demi masa (sang waktu),
sesungguhnya manusia itu dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman, orang yang beramal soleh dan orang-orang yang saling nasehat-menasehati dalam hal kebaikan dan kesabaran..

No comments: